Bagi Aris dan Mariana—sepasang suami istri penyandang tunanetra asal
Jakarta, pemutaran film dalam FFD yang mengikutsertakan penyandang disabilitas merupakan kesempatan
yang pertama. “Di Jakarta malah nggak
ada,” begitu kata
Mariana yang ditemui di Garden Cafe XXI Yogyakarta seusai pemutaran dan diskusi video diary SAMA pada hari
Rabu (11/12).
Mariana sendiri adalah salah satu
pendiri ITCFB atau IT
Center For The Blind, sebuah komunitas yang fokus pada IT, software dan hardware bagi penyandang tunanetra. Mariana datang ke Yogyakarta bersama
teman-teman lainnya dari ITCFB dalam rangka menyelenggarakan workshop gadget yang kemarin diadakan di LPPM
Sanata Dharma. “ITCFB sendiri berdiri sejak Juni 2012. Tujuannya biar kita bisa mandiri, misalnya untuk
akses kerjaan,” ujar Aris yang juga merupakan pendiri ITCFB. Terkait dengan penyelenggaraan
workshop, pihak ITCFB sudah dua kali menyelenggarakan acara serupa.
“Bulan Juni, kita pernah mengadakan workshop ke Malang
dengan pembiayaan secara swadaya. Untuk pesertanya sendiri terbatas, sekitar
17-20 orang penyandang tunanetra di
sekitar Malang. Bahkan ada juga yang datang dari Tuban,” tutur Mariana. Mariana
dan Aris juga banyak menceritakan kendala yang dialami oleh tunanetra dalam memanfaatkan alat
komunikasi. Ketika mendengar kabar bahwa Nokia akan dibeli oleh Microsoft, para tunanetra
merasa was-was karena produk buatan Nokia dengan OS Symbian merupakan produk yang banyak digunakan oleh
penyandang tunanetra dalam berkomunikasi. OS ini bisa dikembangkan sedemikian rupa sehingga
sangat mendukung dalam komunikasi bagi penyandang tunanetra. Sekarang, tunanetra
sudah mulai diperkenalkan dengan penggunaan ponsel Android dalam berkomunikasi.
“ITCFB biasanya beli gadget,
misal Samsung,
terus kita coba fitur-fitur apa saja yang bisa dipakai,” tutur Aris. Dengan OS minimal Jelly Bean, tunanetra sudah
bisa menggunakan beragam fitur semacam voice
command yang sangat mendukung komunikasi mereka
Dari segi bahasa, sebenarnya sudah tidak ada masalah
karena sudah ada aplikasi damayanti yang dapat diakses dengan menggunakan
bahasa Indonesia. “Sekarang sudah didukung pakai bahasa Indonesia, jadi nggak harus pakai bahasa Inggris,” kata Mariana lagi.